Rabu, 04 April 2012

Energi Cinta @_@

Di sebuah negeri antah berantah, hiduplah benda-benda dan rasa secara berdampingan. Di sana ada yang bernama Cinta, Kebahagian, Kesedihan, Kekayaan, Kemiskinan, Kecantikan dan masih banyak lagi makhluk perasaan lainnya. Mereka hidup rukun dan saling tolong menolong.

Sampai suatu hari terjadilah sebuah tsunami besar menerjang negeri itu. Semua penghuni berlarian menyelamatkan diri ke bukit-bukit dan pegunungan. Namun, air banjir pun seakan terus menerus mengejar mereka. Beruntung, hampir semua penduduk mendapatkan perahu, terkecuali seorang saja yang masih terjebak di puncak perbukitan. Penghuni itu bernama Cinta. Ia berteriak-teriak meminta tolong, lantaran air banjir hampir-hampir menenggelamkannya.
Pada saat air mulai menyentuh kaki Cinta, tiba-tiba lewatlah kekayaan dengan perahu barunya. Cinta memanggil-manggil kekayaan,”Wahai sahabatku, Kekayaan! Tolong selamatkan aku! Aku ingin ikut bersama dalam perahumu”. Kekayaan pun menjawab, “Maaf yach Cinta, aku tidak bisa menolongmu. Perahuku terlalu penuh dengan barang-barang berharga. Lagi pula, di perahu ini sudah tidak ada tempat lagi buatmu!” Kekayaan pun berlalu meninggalkan Cinta dalam kesedihan.
Tak lama kemudian, lewatlah Kebahagian dengan perahunya. Cinta pun berteriak-teriak memanggil Kebahagian. Namun sayang, saking senangnya Kebahagian mendapatkan perahu, ia tidak mendengar panggilan cinta. Cinta hanya bisa gigit jari.

Setelah berlalunya Kebahagian, tak berapa lama kemudian, lewatlah Kesedihan dengan perahu penuh tambalan. Cinta meminta pertolongan dengan Kesedihan. Kesedihan menjawab, “Maaf Cinta! Aku tidak bisa membawamu ikut serta dalam perahuku. Lihatlah perahuku! Sudah banyak tambalan di sana- sini. Aku takut jika ditambah lagi muatannya, kapalku tidak mampu menampung lalu kita akan tenggelam bersama. Biarkan aku sendirian mengayuh perahuku ini entah kemana aliran airnya membawaku!” Kesedihan pun berlalu meningalkan cinta yang kian melemah.

Dari kejauhan, ada sebuah perahu yang sangat megah. Perahu megah itu kian lama, kian mendekat. Tahulah cinta bahwa pemilik perahu itu bernama kecantikan. Cinta pun girang bukan main, sebab kecantikan adalah sahabat akrab Cinta sejak lama. Cinta pun melambai-lambaikan tangannya, dan meminta perahu itu berhenti. “Wahai kecantikan! Ini aku sahabatmu, Cinta! Aku selalu hadir bersamamu. Bila ada engkau, pastilah ada aku. Bawalah aku bersamamu, sebagaimana kita selalu bersama!” Cinta begitu bersemangat ingin mengejar perahu Kecantikan.

Tak diduga, ternyata Kecantikan berkata, “Maafkan aku, Cinta! Dulu kita memang bersahabat. Sebab kedudukan kita sama-sama sederajat. Dulu aku cantik dan engkau tampan. Tapi, sekarang lihatlah dirimu, kotor, dekil, kusam seperti ini! Aku tidak menyukaimu lagi. Aku tidak ingin badanmu mengotori perahuku yang cantik ini! Aku lebih memilih kebahagian atau kekayaan untuk menjadi sahabatku.” Akhirnya, kecantikan pun meninggalkan Cinta dalam kesendirian.

Saat Cinta benar-benar dalam keadaan sekarat, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak, “Ayo Cinta, bertahanlah! Aku akan segera datang menolongmu!” Akhirnya, Cinta dengan sekuat tenaga meraih dan naik ke perahu orang itu. Di dalam perahu itu, Cinta terkulai lemas tak sadarkan diri. Orang yang menolongnya itu membawanya berlabuh di pesisir pantai.

Cinta pun turun dan penolong misterius itu berkata, “Pergilah ke arah utara sana! Di sana ada sebuah perkebunan yang penuh dengan buah-buahan segar. Di sana kau bisa berkumpul lagi bersama-sama sahabatmu yang dulu! Semua mereka sudah berkumpul di sana!” Penolong misterius itu pun berlalu meninggalkan Cinta yang masih dalam kebingungan.

Sebelum sempat penolong misterius itu menghilang, Cinta sempat mengejarnya dan bertanya, “Siapakah engkau? Aku tidak mengenalimu sebelumnya!” Penolong misterius itu menjawab, “Aku adalah Waktu! Akulah adalah sahabatmu yang paling setia. Akulah yang membuatmu dapat survive, kendatipun kekayaan, kebahagian, kecantikan meninggalkanmu. Kebenaran cinta, hanya ditentukan oleh kebenaran waktu.” Akhirnya, Cinta pun menyadari bahwa sesungguhnya yang ia butuhkan bukanlah kecantikan, kebahagian, atau kekayaan, namun waktu itulah sebenarnya kehidupan bagi sang Cinta.

Biarkan Waktu Bertutur

Lihatlah bagaimana waktu bertutur tentang keteguhan cinta!

Siti Zulaikha mengharapkan cinta Yusuf selama 30 tahun, hingga akhirnya takdir menyatukan mereka berdua. Rasulullah Saw. tak pernah berniat menikah dengan perempuan lain sepeninggal Khadijah, kecuali sesudah datang perintah wahyu. Umar bin Abdul Aziz; penguasa Umawiyyah itu pun pernah mencintai seorang gadis. Cinta mereka terhalang aral melintang. Setelah beberapa tahun kemudian, mereka kembali bertemu. Sang gadis bertanya, “Wahai Umar, apakah kau telah padamkan cinta yang pernah kau hidupkan dahulu?” Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Bahkan cinta itu semakin bergelora dan berkobar-kobar”

Penguasa Hindustan, Shah Jahan, mengalami mahaduka setelah istrinya, Mumtaz Mahal, meningggal saat melahirkan bayi sungsang di tenda perang. Pada tahun 1632, ia menitahkan penciptaan istana pualam- yang dirancang berdasarkan citra tentang surga dalam al-Qur’an sebagai jejak terakhir raga istrinya. Dengan bantuan Isa, arsitek berdarah Persia, ditambah dua puluh ribu pekerja dan ratusan gajah, ia berhasil mewujudkan Lambang Keagungan cinta yang diberinya nama: Taj Mahal.

 

Agar Cinta Tak Berbuah Kecewa

“Cukup satu jam untuk membuatnya jatuh cinta, namun perlu waktu seumur hidup untuk melupakannya,“ itulah cinta. Cinta sejati perlu dibuktikan dengan waktu. Ada banyak cinta yang muncul sesaat. Bisa jadi lantaran terpesona kecantikan, tergiur kemilau kekayaan, tergoda pangkat dan jabatan, atau impian meraih kebahagian jika bisa hidup dan memilikinya. Namun, perlahan cinta itu pun pudar seiring wajah yang semakin keriput, kekayaan yang semakin berkurang, jabatan yang tak lagi berwibawa, dan derai air mata yang menetes setiap hari.

Memang perlu sedikit waktu untuk memancarkan gelora cinta, namun perlu sepanjang waktu untuk menjaga kobaran apinya biar tetap memberikan kehangatan dalam kehidupan berumah tangga. Pengertian dan pemahaman adalah bahan bakarnya. Jika kehangatan cinta itu benar-benar dijaga, maka pada akhirnya tentu akan menumbuhkan rasa kasih sayang mendalam yang tak lekang oleh waktu dan jaman. Inilah kadar cinta sudah teruji kualitasnya.

Cinta dan kasih sayang itu berbeda lho! Cinta bersifat misteri dan irrasional. Cinta tak membutuhkan alasan-alasan mengapa kamu harus jatuh cinta. Barangkali kamu tidak akan pernah memahami, mengapa kok bisa jatuh cinta dengan si A, tidak dengan si B. Padahal bisa jadi si A lebih cantik atau lebih tampan, lebih kaya, lebih sukses, atau ia memiliki kelebihan lainnya. Namun, ternyata justru hatimu lebih cenderung memilih kepada si B. Itulah cinta. Absurd.

Berbeda dengan kasih sayang. Kasih sayang adalah tindakan rasional dan penuh perhitungan. Disini kamu tidak menempatkan sebagai obyek cinta, tapi sebagai subyek penyulut cinta. Disini kamu tidak menempatkan sebagai orang yang diperhatikan dan dilayani, tapi sebagai orang memperhatikan dan melayani. Kasih sayang tindakan penuh perhitungan dan tanggung jawab. Ia memahami bahwa sifat cinta adalah memberi, sehingga dengan memberi dia akan menerima balasannya.

Jika setiap pasangan memahami bahwa hakikat cinta adalah memberi, maka keduanya akan sama-sama menerima. Namun, jika hanya seorang pasangan saja yang selalu menuntut untuk diberi, maka akan memunculkan ketergantungan. Jelas cara semacam ini tidaklah sehat. Jika sang pemberi sudah tak ada lagi, dapat kita bayangkan bagaimana tersiksanya salah seorang pasangan itu. Yang lebih parah, keduanya sama-sama menuntut untuk diberi. Sama-sama ingin diberikan perhatian, sama-sama ingin dipahami, sama-sama ingin dilayani. Disinilah asal muasal petakanya.

Orang yang memberi tak akan kecewa, selama pemberian itu tak pernah mengharapkan balasan. Dengan memberi hidup kita lebih berarti. Dimanapun sang pemberi selalu diharapkan, sedangkan para peminta-peminta selalu diacuhkan. Laksana sinar matahari, dia membagi sinarnya ke seluruh alam semesta. Semua makhluk membutuhkannya. Sudah berapa juta milyar tahun, matahari membagi-bagikannya, namun cahayanya tak pernah sama sekali berkurang, apalagi redup.

Begitupula dengan cinta. Cinta tak akan habis sekiranya kita bagi kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. Cinta akan semakin sempurna bila kita mau berbagi. Di saat terpancar senyuman kebahagian orang-orang yang mendapatkan cinta kita, maka disanalah kebahagian sejati. Disanalah negeri cinta sejati bertajalli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar